Otot yang tertarik,
kaki yang terkilir, lutut yang bengkak, bahu yang lepas, tulang yang patah atau
retak adalah contoh-contoh dari masalah yang sering kita hadapi atau temukan
sehari-hari. Cara menanganinya pun berbeda-beda.
Sebagai contoh kita
ambil tulang yang patah. Tulang patah tentu saja harus dioperasi kemudian
digips, dan setelah 6 minggu bagian yang patah tersebut sudah berfungsi dengan
normal lagi. Ini selayaknya dilakukan karena adanya pengetahuan bahwa dengan
mengoperasi tulang yang patah merupakan langkah awal dari suatu penyembuhan.
Pijat atau urut
atau massage merupakan suatu bagian budaya yang
penting di Indonesia. Selain enak, membuat tubuh menjadi rileks dan mengurangi
rasa stress, pijat seringkali digunakan sebagai metode untuk merawat bagian
tubuh yang sakit atau dalam konteks olahraga bagian yang cedera. Pijat/urut
tidak memiliki kontribusi apa-apa dalam menyembuhkan sebuah cedera, justru akan
memperparah dan memperlambat proses penyembuhan.
Kita semua tahu
luka di kulit apakah hanya sebatas lecet di kulit atau sampai mengeluarkan
darah. Apakah kita akan memijat bagian yang terluka ini? Apakah luka itu akan
digosok, ditekan, diberi minyak atau ditarik? Saya yakin jawabannya adalah
tidak.
Mengapa? Karena itu
luka, jadi harus dibersihkan dan dirawat dengan baik agar tidak terjadi
infeksi. Ini persis sama dengan bengkak, memar, keseleo, terkilir, tertarik
atau retak/patah.
Perbedaannya
terletak di jenis lukanya. Hal-hal ini merupakan jenis luka yang tertutup.
Artinya: bagian kulit tidak rusak atau fungsinya tidak terganggu. Kerusakan
yang terjadi terletak di bagian dalam. Yang terlihat bukan darah, nanah atau
cairan lainnya tetapi warna kulit yang menjadi biru atau merah, struktur tubuh
yang membesar secara abnormal karena bengkak atau tidak kelihatan apa-apa
tetapi begitu dipegang memberi rasa nyeri yang luar biasa.
Pertanyaan yang
sangat mendasar, mengapa ini harus dipijat atau diurut? Sesuatu yang justru
akan memberi efek negative terhadap pemulihan cedera.
Ada yang mengatakan
bahwa setelah dipijat rasa sakit hilang sama sekali. Itu benar tetapi bukan
karena urut-nya atau pijat-nya. Tubuh yang normal memiliki sistem
pertahanan sendiri. Contohnya bila kita sakit tubuh menjadi panas (demam). Ini
sangat tidak menyenangkan buat kita tetapi fungsi dari demam adalah untuk
membunuh bakteri atau virus yang membuat tubuh sakit. Ini adalah strategi tubuh
kita dalam bertahan sehingga tidak sakit. Tentu saja demam tinggi yang
lama tidak baik karena akan mempengaruhi kerja organ-organ tubuh yang penting.
Dengan menggunakan obat yang diberikan dokter akan membantu membunuh bakteri
atau virus yang ada di dalam tubuh. Dengan demikian sembuhlah tubuh kita dan
bisa berfungsi secara normal kembali.
Pada saat dipijat
di bagian tubuh yang cedera tersebut sebuah zat yang berfungsi untuk membius
secara lokal bagian tubuh yang sakit tersebut. Pengaruh zat inilah yang
menghilangkan rasa sakit untuk sementara. Karena rasa sakit ini menghilang maka
dengan mudahnya pijat dapat dilakukan.
Sayangnya, hasilnya
hanya sementara saja. Begitu efek dari obat bius alami ini menghilang maka rasa
nyeri yang diberikan akan menjadi lebih besar. Ini saja sudah cukup untuk
memperlambat penyembuhan sebuah cedera.
Karena tubuh sudah
membius diri maka dengan leluasa bagian yang sakit tersebut bisa dipijat,
ditekan, dan ditarik dengan keras tanpa menimbulkan rasa sakit. Ini tentu saja
sangat membahayakan struktur dan jaringan dari otot, ligamen dan tulang.
Bayangkan saja seandainya luka yang berdarah kita pijat dan urut selama 15
menit?
Ada seorang pemain
bola yang pernah datang dan menunjukkan salah satu bagian tubuhnya. Bila dilihat
sekilas tidak kelihatan tetapi kalau diperhatikan dengan jeli terlihatlah
dengan jelas bahwa bagian tersebut pernah diperlakukan dengan kasar. Dia
bercerita bahwa tulangnya pernah retak karena jatuh, tentu saja tidak ditangani
secara medis melainkan secara tradisional. Akibatnya, tulang yang retak ini
menjadi hancur dan akhirnya ketika sembuh tulangnya tumbuh dengan tidak benar.
Sesuatu yang seharusnya bisa diselesaikan secara medis sekitar 6-8 minggu dan
sembuh total menjadi sebuah petaka bagi tulang tersebut.
Otot yang tertarik
atau sakit menunjukkan adanya kerusakan atau lebih tepatnya adanya
jaringan-jaringan yang sobek. Inilah yang menyebabkan rasa sakit. Prinsipnya
sama, ini juga merupakan jenis luka yang tertutup. Sekecil apapun itu luka bila
ditarik, ditekan atau dipijet akan menjadi besar dan akan menjadi semakin
parah. Ini merupakan salah satu alasan mengapa banyak sekali pemain sepak bola
yang memiliki sakit otot yang tak kunjung sembuh-sembuh.
Adanya celetukan
"kalau nggak terasa ya nggak akan sembuh!" pada saat dipijat. Tubuh
yang sehat dan normal tidak memiliki rasa sakit. Di otak pun masih menjadi
misteri karena belum ada bagiannya yang merupakan pusat dari rasa sakit. Bila
tubuh mulai mengeluh sakit itu merupakan tanda bahwa ada sesuatu yang tidak
beres dengan tubuh. Apakah ini harus diprovokasi dengan membuat tubuh menjadi
lebih sakit, misalnya saat bengkak, dipijat lalu harus terasa sakit supaya
menjadi lebih efektif hasilnya? Tentu saja tidak. Kebalikannya justru tubuh
harus diberi waktu istrahat yang besar atau dirawat agar lebih cepat menjadi
baik.
Pijat dan urut
memiliki fungsi rileksasi. Artinya saat tubuh capek, tegang, atau lelah boleh
di-massage. Ini sangat
penting buat olahragawan.Tubuh yang capek perlu dirileksasikan. Cara yang
terbaik adalah dengan melalui massage. Ini pun ada aturannya, bukan hanya
sembarangan saja apalagi kalau sudah mencampur-campur jenis minyaknya. Massage untuk seorang atlet sebaiknya
dilakukan oleh seorang sport masseur yang memiliki pengetahuan dasar mengenai
anatomi dan fisiologi tubuh, mengetahui fungsi sebuah otot, cara kerjanya dan
posisinya di tubuh. Hal ini sangat krusial mengingat jenis otot yang digunakan
seorang atlet berbeda mengingat jenis olahraga yang dilakukan.
Pijat, urut, dan
massage telah menjadi budaya yang menyatu dengan masyarakat. Ini merupakan
sebuah hal yang positif karena menunjukkan bahwa masyarakat tidak mau suka
tegang dan ingin hidup tanpa stress. Yang perlu ditekankan hanyalah kapan pergi
ke tukang pijat dengan tujuan relaksasi dan bukan dengan tujuan untuk merawat
cedera.
Sumber: Matias Ibo-detikSport
Senin 09/09/2013
* Penulis adalah Sport Physiotherapist yang bekerja sama dengan Pandit Football Indonesia dalam pengembangan sport science di Indonesia. Sering dipercaya sebagai fisioterapis tim nasional Indonesia. Akun twitter: @MatiasIbo