Total Tayangan Halaman

Senin, 14 Oktober 2013

Pijat Tak Sembuhkan Cidera Tapi Malah Memperparah Cidera

Otot yang tertarik, kaki yang terkilir, lutut yang bengkak, bahu yang lepas, tulang yang patah atau retak adalah contoh-contoh dari masalah yang sering kita hadapi atau temukan sehari-hari. Cara menanganinya pun berbeda-beda. 

Sebagai contoh kita ambil tulang yang patah. Tulang patah tentu saja harus dioperasi kemudian digips, dan setelah 6 minggu bagian yang patah tersebut sudah berfungsi dengan normal lagi. Ini selayaknya dilakukan karena adanya pengetahuan bahwa dengan mengoperasi tulang yang patah merupakan langkah awal dari suatu penyembuhan.

Pijat atau urut atau massage merupakan suatu bagian budaya yang penting di Indonesia. Selain enak, membuat tubuh menjadi rileks dan mengurangi rasa stress, pijat seringkali digunakan sebagai metode untuk merawat bagian tubuh yang sakit atau dalam konteks olahraga bagian yang cedera. Pijat/urut tidak memiliki kontribusi apa-apa dalam menyembuhkan sebuah cedera, justru akan memperparah dan memperlambat proses penyembuhan.

Kita semua tahu luka di kulit apakah hanya sebatas lecet di kulit atau sampai mengeluarkan darah. Apakah kita akan memijat bagian yang terluka ini? Apakah luka itu akan digosok, ditekan, diberi minyak atau ditarik? Saya yakin jawabannya adalah tidak. 

Mengapa? Karena itu luka, jadi harus dibersihkan dan dirawat dengan baik agar tidak terjadi infeksi. Ini persis sama dengan bengkak, memar, keseleo, terkilir, tertarik atau retak/patah. 

Perbedaannya terletak di jenis lukanya. Hal-hal ini merupakan jenis luka yang tertutup. Artinya: bagian kulit tidak rusak atau fungsinya tidak terganggu. Kerusakan yang terjadi terletak di bagian dalam. Yang terlihat bukan darah, nanah atau cairan lainnya tetapi warna kulit yang menjadi biru atau merah, struktur tubuh yang membesar secara abnormal karena bengkak atau tidak kelihatan apa-apa tetapi begitu dipegang memberi rasa nyeri yang luar biasa. 

Pertanyaan yang sangat mendasar, mengapa ini harus dipijat atau diurut? Sesuatu yang justru akan memberi efek negative terhadap pemulihan cedera.

Ada yang mengatakan bahwa setelah dipijat rasa sakit hilang sama sekali. Itu benar tetapi bukan karena urut-nya atau pijat-nya. Tubuh yang normal memiliki sistem pertahanan sendiri. Contohnya bila kita sakit tubuh menjadi panas (demam). Ini sangat tidak menyenangkan buat kita tetapi fungsi dari demam adalah untuk membunuh bakteri atau virus yang membuat tubuh sakit. Ini adalah strategi tubuh kita dalam bertahan sehingga tidak sakit. Tentu saja demam tinggi yang lama tidak baik karena akan mempengaruhi kerja organ-organ tubuh yang penting. Dengan menggunakan obat yang diberikan dokter akan membantu membunuh bakteri atau virus yang ada di dalam tubuh. Dengan demikian sembuhlah tubuh kita dan bisa berfungsi secara normal kembali.

Pada saat dipijat di bagian tubuh yang cedera tersebut sebuah zat yang berfungsi untuk membius secara lokal bagian tubuh yang sakit tersebut. Pengaruh zat inilah yang menghilangkan rasa sakit untuk sementara. Karena rasa sakit ini menghilang maka dengan mudahnya pijat dapat dilakukan. 

Sayangnya, hasilnya hanya sementara saja. Begitu efek dari obat bius alami ini menghilang maka rasa nyeri yang diberikan akan menjadi lebih besar. Ini saja sudah cukup untuk memperlambat penyembuhan sebuah cedera. 

Karena tubuh sudah membius diri maka dengan leluasa bagian yang sakit tersebut bisa dipijat, ditekan, dan ditarik dengan keras tanpa menimbulkan rasa sakit. Ini tentu saja sangat membahayakan struktur dan jaringan dari otot, ligamen dan tulang. Bayangkan saja seandainya luka yang berdarah kita pijat dan urut selama 15 menit? 

Ada seorang pemain bola yang pernah datang dan menunjukkan salah satu bagian tubuhnya. Bila dilihat sekilas tidak kelihatan tetapi kalau diperhatikan dengan jeli terlihatlah dengan jelas bahwa bagian tersebut pernah diperlakukan dengan kasar. Dia bercerita bahwa tulangnya pernah retak karena jatuh, tentu saja tidak ditangani secara medis melainkan secara tradisional. Akibatnya, tulang yang retak ini menjadi hancur dan akhirnya ketika sembuh tulangnya tumbuh dengan tidak benar. Sesuatu yang seharusnya bisa diselesaikan secara medis sekitar 6-8 minggu dan sembuh total menjadi sebuah petaka bagi tulang tersebut. 

Otot yang tertarik atau sakit menunjukkan adanya kerusakan atau lebih tepatnya adanya jaringan-jaringan yang sobek. Inilah yang menyebabkan rasa sakit. Prinsipnya sama, ini juga merupakan jenis luka yang tertutup. Sekecil apapun itu luka bila ditarik, ditekan atau dipijet akan menjadi besar dan akan menjadi semakin parah. Ini merupakan salah satu alasan mengapa banyak sekali pemain sepak bola yang memiliki sakit otot yang tak kunjung sembuh-sembuh.

Adanya celetukan "kalau nggak terasa ya nggak akan sembuh!" pada saat dipijat. Tubuh yang sehat dan normal tidak memiliki rasa sakit. Di otak pun masih menjadi misteri karena belum ada bagiannya yang merupakan pusat dari rasa sakit. Bila tubuh mulai mengeluh sakit itu merupakan tanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan tubuh. Apakah ini harus diprovokasi dengan membuat tubuh menjadi lebih sakit, misalnya saat bengkak, dipijat lalu harus terasa sakit supaya menjadi lebih efektif hasilnya? Tentu saja tidak. Kebalikannya justru tubuh harus diberi waktu istrahat yang besar atau dirawat agar lebih cepat menjadi baik.

Pijat dan urut memiliki fungsi rileksasi. Artinya saat tubuh capek, tegang, atau lelah boleh di-massage. Ini sangat penting buat olahragawan.Tubuh yang capek perlu dirileksasikan. Cara yang terbaik adalah dengan melalui massage. Ini pun ada aturannya, bukan hanya sembarangan saja apalagi kalau sudah mencampur-campur jenis minyaknya. Massage untuk seorang atlet sebaiknya dilakukan oleh seorang sport masseur yang memiliki pengetahuan dasar mengenai anatomi dan fisiologi tubuh, mengetahui fungsi sebuah otot, cara kerjanya dan posisinya di tubuh. Hal ini sangat krusial mengingat jenis otot yang digunakan seorang atlet berbeda mengingat jenis olahraga yang dilakukan.

Pijat, urut, dan massage telah menjadi budaya yang menyatu dengan masyarakat. Ini merupakan sebuah hal yang positif karena menunjukkan bahwa masyarakat tidak mau suka tegang dan ingin hidup tanpa stress. Yang perlu ditekankan hanyalah kapan pergi ke tukang pijat dengan tujuan relaksasi dan bukan dengan tujuan untuk merawat cedera.


Sumber: Matias Ibo-detikSport
Senin 09/09/2013

* Penulis adalah Sport Physiotherapist yang bekerja sama dengan Pandit Football Indonesia dalam pengembangan sport science di Indonesia. Sering dipercaya sebagai fisioterapis tim nasional Indonesia. Akun twitter: @MatiasIbo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar